Halaman

Sabtu, 31 Maret 2012

Pernikahan Kristen


Pernikahan Kristen adalah pernikahan di dalam kategori kovenan (Perjanjian) yang berorientasi kepada Allah. Mengapa demikian? Sebab yang menikah adalah umat Allah sehingga harus menurut dan tunduk kepada perintah-perintah Allah yang diberikan melalui Alkitab secara mutlak. Bukan bermain-main.
                Dalam menjalankan kehidupan pernikahan, tidak diperkenankan menggunakan cara-cara manusia, walaupun sudah Kristen atau hamba Tuhan, tetapi harus cara-cara Tuhan. Sebab walaupun sudah Kristen, namun kecenderungan untuk keliru dan berdosa itu masih ada, karena manusia Kristen pun masih bersifat daging, dan sewaktu-waktu bisa menduakan Roh Kudus (Efesus 4:30), termasuk didalamnya cara menghadapi pergumulan keluarga.
                Khusus secara pernikahan secara prinsip bahwa Allah tidak menghendaki adanya perceraian (baca, Maleakhi 2:16, Mat 19:6, 1 Kor 7:27). Jadi dari sisi Allah sebagai pencipta adanya lembaga pernikahan, dan memungkinkan manusia diciptakan berlawanan jenis agarmenikah, tidak diijinkan untuk bercerai. Inilah masalah prinsipil. Namun ini ditinjau dari prespektif Allah.
                Namun yang jadi masalah di dalam pernikahan, secara riil kan bukan Allah, namun yang menikah ( suami dan istri ), Jadi diantara yang menikah yang bermasalah, bukan Allah.
                Sebab sekali lagi, Allah tidak pernah berbuat kesalahan atau dosa. Apalagi berhubungan dengan pernikahan. Tetapi manusia sendiri khususnya yang menikah. Dengan begitu dari perspektif Allah, Ia tidak menghendaki adanya perceraian.
                Allah didalam Alkitab bukanlah Allah yang tidak memahami problem, termasuk problem  di dalam pernikahan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengambil hakekat manusia (berinkarnasi), yakni menjadi sama dengan manusia, sehingga Allah didalam Alkitab disamping Ia Allah yang maha tahu tetapi juga masuk di alam sejarah manusia secara langsung dan merasakan penderitaan manusia, bahkan penderitaan yang melampaui penderitaan manusia.
                Ketika problem terjadi di dalam pernikahan Kristen, yakni diantara suami dan istri maka solusi yang diajarkan oleh Alkitab, khususnya oleh Tuhan Yesus adalah (1) perceraian hanya diijinkan oleh karena ada salah satu yang berzinah (2) istri yang sudah diceraikan atau laki-laki, tidak diijinkan untuk menikah, sebab jika menikah lagi maka hidup kedianya dalam kategori berzinah (3) perceraian dan permintaan surat cerai karena ketegaran hati umat Allah (dalam Perjanjian Lama) (4) perceraian diijinkan karena tidak menikah dengan orang seiman, atau walaupun Kristen namun sebenarnya tidak punya iman (5) pernikahan kembali diijinkan jika memang tidak bisa tahan, karena  ada perhitungan jangan terbakar oleh hawa nafsu ( Mat 5:31.32, 19:1-12, 1 Kor 7:8,9,12,13)